Rabu, 27 Mei 2009

Kisah Seorang Penjual Tempe .

Adalah seorang ibu setengah baya yang sehari-harinya
berjualan tempe buatan sendiri di desanya. Suatu hari,
seperti biasanya, pada saat ia akan pergi ke pasar
untuk menjual tempenya, ternyata pagi itu, tempe
yang terbuat dari kacang kedele masih belum jadi tempe
alias masih setengah jadi.


Ibu ini sangat sedih hatinya, sebab jika tempe
tersebut tidak jadi berarti ia tidak akan mendapatkan
uang karena tempe yang belum jadi tentunya tidak laku
dijual. Padahal mata pencaharian si ibu satu-satunya
hanyalah dari menjual tempe saja agar ia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Dalam suasana hatinya yang sedih, si ibu yang memang
aktif beribadah di gerejanya teringat akan firman
Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan dapat melakukan
perkara-perkara ajaib, bahwa bagi Tuhan tiada yang
mustahil. Lalu ia pun menumpangkan tangannya di atas

tumpukan beberapa batangan kedele yang masih dibungkus
dengan daun pisang tersebut.
"Bapak di Surga, aku mohon kepadaMu agar kedele ini
menjadi tempe. "Dalam nama Yesus, Amin". Demikian doa
singkat si Ibu yang dipanjatkannya dengan sepenuh
hati. Ia yakin dan percaya pasti Tuhan menjawab
doanya. Lalu, dengan tenang ia menekan-nekan bungkusan
bakal tempe tersebut dengan ujung jarinya.

Dengan hati yang deg-deg-an, Ia mulai membuka sedikit
bungkusannya untuk melihat mukjijat kedele jadi tempe
terjadi. Namun apa yang terjadi?

Dengan kaget dia mendapati bahwa kedele tersebut masih

tetap kedele!
Si Ibu tidak kecewa . Ia berpikir bahwa mungkin doanya
kurang jelas didengar Tuhan. Lalu kembali ia
menumpangkan tangan di atas batangan kedele tersebut.
"Bapa di surga, aku tahu bahwa bagiMu tiada yang
mustahil. Tolonglah aku supaya hari ini aku bisa
berdagang tempe karena itulah mata pencaharianku.

Aku mohon dalam nama Yesus jadilah ini menjadi tempe.
Dalam nama Yesus, Amin."
Dengan Iman, Iapun kembali membuka sedikit bungk
usan
tersebut. Lalu apa yang terjadi? Dengan kaget ia
melihat bahwa kacang kedele tersebut

???......... ........masih tetap begitu !
Sementara hari semakin siang dimana pasar tentunya
akan semakin ramai.

Si ibu dengan tidak merasa kecewa atas doanya yang
belum terkabul, merasa bahwa bagaimanapun sebag
ai
langkah iman ia akan tetap pergi ke pasar membawa
keranjang berisi barang dagangannya itu.
Ia berpikir mungkin mujijat Tuhan akan terjadi di
tengah perjalanan ia pergi ke pasar. Lalu ibu itupun
bersiap-siap untuk berangkat ke pasar.

Semua keperluannya untuk berjualan tempe seperti
biasanya sudah disiapkannya.
Sebelum beranjak dari rumahnya, ia sempatkan untuk
menumpangkan tangan sekali lagi. "Bapa di
surga, aku
percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku
berjalan menuju pasar, Engkau akan mengadakan mukjijat
buatku. Dalam nama Yesus, Amin." Lalu ia pun
berangkat. Di sepanjang perjalanan ia tidak lupa
menyanyikan beberapa lagu puji-pujian.

Tidak lama kemudian sampailah ia di pasar. Dan seperti
biasanya ia mengambil tempat untuk menggelar barang
dagangannya. Ia yakin bahwa temp
enya sekarang pasti
sudah jadi. Lalu iapun membuka keranjangnya
dan pelan-pelan menekan-nekan dengan jarinya bungkusan
tiap bungkusan yang ada. Perlahan ia membuka sedikit
daun pembungkusnya dan melihat isinya.

Apa yang terjadi? Ternyata saudara-
saudara..... ......... ...tempenya benar benar
............. ......... belum jadi ! Si Ibu menelan
ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam. Ia mulai kecewa
pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan.
Ia merasa Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan
kepadanya. Ia hidup hanya mengandalkan hasil menjual
tempe saja. Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa
menggelar dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada
orang mau membeli tempe yang masih setengah jadi.

Sementara hari semakin siang dan pasar sudah mulai
sepi dengan pembeli. Ia melihat dagangan

teman-temannya sesama penjual tempe yang tempenya
sudah hampir habis. Rata-rata tinggal sedikit lagi
tersisa.

Si ibu tertunduk lesuh. Ia seperti tidak sanggup
menghadapi kenyataan hidupnya hari itu. Ia hanya bisa
termenung dengan rasa kecewa yang dalam. Yang ia tahu
bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang
sepeserpun.


Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita.
"Bu?! Maaf ya, saya mau tanya. Apakah ibu menjual tempe yang belum jadi? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya."
Seketika si ibu tadi terperangah. Ia kaget.
Sebelum ia menjawab sapaan wanita di depannya itu,
dalam hati cepat-cepat ia berdoa "Tuhan? saat ini aku tidak butuh tempe lagi.

Aku tidak butuh lagi.
Biarlah daganganku ini tetap seperti semula.

Dalamnama Yesus, dalam nama Yesus, Amin."
Tapi kemudian, ia tidak berani menj
awab wanita itu.
Ia berpikir jangan-jangan selagi ia duduk-duduk termenung tadi, tempenya sudah jadi. Jadi ia sendiri saat itu dalam posisi ragu-ragu untuk menjawab ya kepada wanita itu. "Bagaimana nih?" ia pikir. "Kalau aku katakan iya, jangan-jangan tempenya sudah jadi.
Siapa tahu tadi sudah terjadi mukjijat Tuhan?" Ia kembali berdoa dalam hatinya, "Ya Tuhan, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempe lagi. Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli. Tuhan, tolonglah aku kali ini.

Tuhan dengarkanlah doaku ini.." ujarnya berkali-kali.
Lalu, sebelum ia menjawab wanita itu, ia pun membuka sedikit daun penutupnya. Lalu ? apa yang dilihatnya
Saudara-Saudara ???

Ternyata??
ternyata? memang benar tempenya belum jadi! Ia bersorak senang dalam hatinya.
Puji Tuhan.. Puji Tuhan, katanya.

Singkat cerita wanita tersebut memborong semua
dagangan si Ibu itu.


Sebelum wanita itu pergi, ia penasaran kenapa ada orang yang mau beli tempe yang belum jadi. Ia bertanya kepada si wanita. Dan wanita itu mengatakan bahwa anaknya di Yogya mau tempe yang berasal dari desa itu. Berhubung tempenya akan dikirim ke Yogya jadi ia harus membeli tempe yang belum jadi, supaya agar setibanya di sana tempenya sudah jadi. Kalau tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana nanti tempe tersebut sudah tidak bagus l
agi dan rasanya sudah tidak enak.

Apa yang bisa kita simpulkan dari kesaksian sederhana?

Pertama: Kita sering memaksakan kehendak kita kepada
Tuhan pada waktu kita berdoa padahal sebenarnya Tuhan
lebih mengetahui apa yang kita perlukan.

Kedua : Tuhan menolong kita dengan caraNya yang sama
sekali di luar perkiraan kita sebelumnya.

Ketiga : Tiada yang mustahil bagi Tuhan

Keempat : Percayalah bahwa Tuhan akan menjawab doa
kita sesuai dengan rancanganN
ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar